2020 Pilih Wanita Juara, 2024 Pilih Wanita Hebat




Saya termasuk orang yang paling malas membaca komentar gagap di grup Medsos facebuk, apalagi berdebat dengan warga net yang doyan tebar komen 'devide et impera' alias politik adu domba jaman kolonial Belanda.
Saya juga orang yang merasa geli bahkan cendrung jijik, ketika ada kata-kata menjatuhkan, menghina, bahkan menyudutkan salah satu sosok yang diidolai banyak orang.
Belakangan ada kawan mengirim pesan via pesan wa. "Bro coba baca ada komen di salah satu grup yang membahas tentang siapa calon walikota 2020-2025, (padahal sebenarnya periode 2021-2026), di situ ada komen 'rakus' dan ambisi meneruskan kekuasaan."
Saya hanya jawab, saya sudah membacanya. Tapi seperti kataku di awal tulisan ini, saya paling malas debat dengan orang yang pikirannya dangkal.
Saya sudah tahu, komen itu diarahkan kepada siapa.
Baca komen itu saya hanya senyum, sembari ngoce sendiri. Duh..bodohnya komentar seperti ini. Namun, setelah saya pikir sejenak, otak ini seakan merespon cepat.
Ah, bisa jadi mereka ketakutan jika Ibu paula si wanita juara, ikut tarung di Pilwako.
Cemasnya mereka, sama seperti tikus yang lagi makan, terus lihat ada kucing mendekatinya.
Kawan, jangan terlalu membabi buta menyerang pribadi seseorang. Saya si paham, kalian mungkin belum mengenal dekat sosok ibu Paula sebenarnya.
Atau kalian sudah mengenal beliau, tapi pura-pura tak kenal. Karena ada yang beli jari kalian, hingga ngetik di keyboard tutup mata, jadinya otak tak jalan.
Sekali lagi, saya katakan. Ibu Paula belum memberi komentar apapun apakah dia akan tarung di Pilwako tahun ini atau tidak, titik!
Dia paham dengan regulasi. Bahwa statusnya sekarang adalah seorang aparatur sipil negara, dengan jenjang karir mantul. Eselon I paripurna, Rektor di sebuah universitas negeri.
Pernah baca tulisan saya tentang ibu Paula, berapa waktu lalu. Dia tidak menawarkan diri, apalagi berkampanye mau maju di Pilwako.
Tapi demand atau permintaan saya dan rakyat banyak di Kota Manado. Bahwa penerus kawan cerdas haruslah figur juara.
Apa jadinya Kota Manado, jika dipimpin oleh sosok yang tak memiliki integritas, kapabilitas dan kompetensi, alias hanya karena sokongan Parpol dan duit segudang terpilih sebagai walikota.
Hancur! Itu kata tepat bagi saya dan banyak rakyat Manado menggambarkannya.
Pengganti pemimpin cerdas, harus lebih baik atau bermental juara. Dan itu bagi saya dan mereka hanya ada pada sosok Ibu Paula.
Dia bukan hanya memiliki wawasan atau ilmu pengetahuan akademis luar biasa. Tapi paling utama adalah, kesahajaan, kesederhanaan dan keramahannya.
Lihat saja sebagai istri seorang pejabat, ditambah dia pimpinan utama di perguruan tinggi negeri. Ibu Paula, penampilannya biasa saja, dan jauh dari kesan wah dan menor, ala Demi Moore.
Sikap, sifat dalam bertindak selaras tutur santun dan ramahnya dia. Dan itu tidak dibuat-buat, sejak mendampingi suami sebagai kepala pemerintahan Kota Manado. Ibu Paula selalu tampil apa adanya.
Itu penyebab saya dan mereka terpukau, dan mendorong dia meneruskan giat cerdas dengan kerja juara membangun Manado.
Saya jadi kepikiran, ketika ada komen yang menyebut seperti ini. 'Beri kesempatan kepada orang lain untuk pimpin Manado.'
Yaa benar sekali kawan, 'orang lain' yang mungkin anda maksudkan adalah Ibu Paula.
Versi saya, Ibu Paula adalah 'orang lain', jangan sekali-kali kaitkan kata itu dengan jabatan suaminya, persepsinya akan jadi beda.
Artinya yang berkuasa sekarang betul adalah suaminya, tapi jika nanti diberi kesempatan untuk tarung di Pilwako, Ibu Paula adalah 'orang lain', dengan standar dan pola pikir dan pola kerja yang mungkin mirip tapi beda dan bisa saja cendrung lebih dalam cara penerapannya.
Saya membayangkan seperti ini, jika kalian menyebut, 'jangan mereka lagi yang berkuasa.'
Ayo kita main di wilayah 'berandai-andai'. Tahun 2024 nanti Pilpres digelar. Jika saya disuruh memilih maka akan saya dukung penuh wanita hebat bernama Iriana Joko Widodo, jika dia mau maju Pilpres.
Dia dalam persepsi saya adalah 'orang lain'. Ibu Iriana bukan Jokowi, tapi dia mewarisi sifat suaminya yang sederhana senang sapa rakyat, suka kerja, kerja dan kerja juga tegas ketika mengambil keputusan.
Mewarisi jangan diartikan nepotisme. Karena ibu Iriana, bukan saya kagumi karena istri Jokowi.
Tapi dia memiliki kemampuan. Dia belajar dari cara suaminya bekerja. Tinggal di poles sedikit, Ibu Iriana bisa jadi Presiden RI ke 8.
Jadi begini kawan, andai Ibu Iriana maju Pilpres, saya tekankan lagi itu bukan kemauan suami. Biar keluarganya berkuasa lagi, tapi atas dasar keinginan rakyat.
Dan kalau bukan Ibu Iriana ada putra Sulung Jokowi. Gibran Rakabuming Raka. Lihat saja, lantaran begitu luar biasanya dukungan rakyat Solo, Gibran digadang maju Pilwako Solo. Dan Gibran juga sama tipikal dengan ayahnya, pekerja keras, sederhana dan mandiri.
Apa itu salah! Jelas tidak. Demikian juga dengan Ibu Paula, jangan kaitkan dia dengan GSVL.
Lah, karena memang dia bukan GSVL, namun dia sangat layak karena banyak belajar dari cara suaminya memimpin Kota Manado, ditambah wawasan kepemimpinan mumpuni, sudah klop, dia memang sosok terbaik.
Jadi kalau mau komen, please yang santun dan beretika. Pelihara sumbu di otak biar panjang, jangan jadi sumbu pendek..
Intinya seperti saya sudah jelaskan, andai Ibu Paula jadi maju di Pilwako.
Itu bukan atas dasar desakan suami, tapi atas dasar keinginan saya dan rakyat banyak di Kota Manado.
Jadi jangan terlalu berlebihan. Dukung saja calon yang kalian idolai, tidak usah mempertontonkan kepada publik komen tak waras dengan kata-kata tak pantas.
Karena bisa jadi publik bosan dengan komen kelas teri dan debat kusir tak berkelas.
Rakyat hanya ingin satu, pemimpin yang mereka pilih bisa memberi dampak bagi senyumnya mereka, bahagianya mereka, sukacitanya mereka dan sejahteranya mereka.
Ingat ini, pengganti pria cerdas haruslah sosok brilian, namun tak menanggalkan jejak sederhana, kesahajaan dan keramahan, dan itu ada pada wanita juara bernama Ibu Paula.
Itu ungkapan hati saya dan mereka, jadi 2020 di Pilwako jika 'wanita juara' maju kami akan memilihnya, 2024 jika 'wanita hebat' maju Pilpres biar sendirian saya akan memilih dia. 
Maaf dimohonkan jika ada salah ketik atau kata salah.
Bolehkah tulisan ini saya akhiri dengan sebuah pantun.
Belajar akhlak budi pekerti
Dari kecil hingga mati
Daripada komen di Medsos tak berarti
Mending nanti nyoblos wanita juara dengan hati.

Terima kasih, tetap semangat, tetap baik, tetap rukun..God Bless. (jeklyMS)







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berintegritas dan Sarat Pengalaman, CBT-GSVL Pasangan Paling Tepat Pimpin Sulut

Rekreasi Sederhana GSVL Bersama Istri dan Cucu Nikmati Pemandangan Danau Tondano Kuliner Kawangkoan Serta Udara Sejuk Danau Linow

GSVL Tetap Setia Melayani Meski Dihantam Beragam Cobaan