Cara Jadul Bertajuk 'Bagi-Bagi Berkat
Sabtu pagi, sudah jadi kebiasaan saya, istri dan anak berolahraga di kawasan Mega Mas.
Di sana bukan hanya lari ringan, biar berkeringat hebat, tapi juga saya ikutan senam sumba tak berbayar alias gratis.
Meski senam apa tarian sumba, saya tak bisa ikut sama persis dengan wanita seksi di depan yang jadi pemandu gaya. Terpenting saya bisa bakar lemak, sebanyak-banyaknya. Tiba saat tubuh ini merasa amat lelah. Lantas saya beranjak ke tempat makan cepat saji.
Baru mau makan, tiba-tiba ada wanita pakai kacamata, ikutan nimbrung. Sempat saling sapa, tapi datar saja tidak ada bincang apalagi jeprat-jepret.
Tiba-tiba ada seorang pria mendekati meja tempat saya, istri dan putra sulung. Dia lantas memberi kalender, stiker kepada kami bertiga.
Saya tidak masalah dengan kalender dan stiker, tapi ternyata ada selipan uang pecahan 50 puluh ribu rupiah perorang.
Saya kaget. OMG, berapa duit yang dia bawah buat dibagikan pada ratusan orang yang lagi olahraga saat itu.
Saya sebenarnya mau bertanya. Tapi keburu si ibu langsung jawab, 'bagi-bagi berkat..lantas beranjak.
Saya tiga kali dapat, celetuk seorang pria. Dia dengan girang langsung masuk pesan makan, pakai uang si ibu.
Ternyata bukan hanya di Mega Mas, di tempat lain juga ibu berkacamata ini, hambur uang dengan dalih bagi-bagi berkat.
Saya lantas mengambil uang, kalender dan stiker, dan memberi pada pria yang jadi tukang bagi-bagi uang.
Dia malah terkejut. 'Kiapa pak se bale'. Saya hanya senyum, sembari berkata. 'Saya manusia butuh uang, tapi saya tidak terima jika uang ini, untuk mempengaruhi saya memilih di Pilgub Sulut..
Pria itu kelihatan setenga marah. 'Ini doi berbage berkat, nda ada maksud laeng.'
Adu pak, bikin saya jadi gemes. Kenapa berbagi berkatnya baru sekarang, kenapa tidak tahun lalu, dua tahun lalu atau tiga tahun lalu.
Pikirnya saya bodoh. Teringat saya kata-kata bijak dari Bunda Teresa.
'Kalau niatnya memberi tulus dan ikhlas ingin membantu orang lain, berikanlah. Tapi dosa besar jika pemberian itu ada maksud meminta balasan dan imbalan demi kepentingan atau tujuan dan ambisi tertentu.'
Bu, kalau untuk kepentingan di Pilgub lantas ibu nekad bagi-bagi duit biar nanti hasil survei ibu berada di posisi teratas, saya bisa pastikan sekalipun ibu mengantongi SK partai, ibu tidak akan serta merta menang di Pilgub.
Karena meski ibu berdalih, ini politik bro, menghalalkan segala cara sudah biasa. Bagi saya tak akan mempan. Rakyat memang menerima uang pemberian ibu, tapi belum tentu mereka nanti akan memilih ibu.
2020 tahun politik, dimana pemilihan gubernur dan beberapa daerah pilih bupati/walikota di Sulut sudah sangat dekat.
Situasi seperti cara ibu bagi-bagi duit akan sering ditemui menggunakan tameng "bagi-bagi berkat" untuk merebut singgasana.
Saya juga tak yakin, cara jadul tak lagi kekinian dan tidak mendidik seperti itu akan efektif memberi dampak pada elektabitas, aksetabilitas, dan popularitas ibu.
Ibu sedang memainkan Narasi ada uang ada suara, dan di ditebar dimana-mana. Takut ya bu, kalau tak pakai duit, nama ibu seperti tidak dipompakan ke otak rakyat.
Terus gimana kalau uangnya habis. Apa ibu akan memainkan konsep kebaikan melawan keburukan.
Dan lawan separtai atau bakal calon lain akan dicitrakan sebagai monster yang harus dilawan..
Ingat bu, saya dan mereka pendukung pak cerdas, tidak akan diam saja.
Kami sekali waktu akan berkumpul dan membangun kekuatan untuk melawan narasi buruk berpolitik uang seperti ibu lakukan.
Kami bersama kawan cerdas mengalir saja menghadapi Pigub nanti. Kami tidak akan mengkondisikan sebagai kaum lemah melawan kaum kaya, para perampok negara.
Ibu pakai duit, apa pak cerdas juga pakai duit untuk melawan ibu. Tentu saja tidak, karena ada cara kawan cerdas kami melawan dengan elegan dan bijaksana.
Sudah saatnya kita kembalikan demokrasi di daerah ini lebih santun dan beradab.
Saya punya hak memilih juga bu, tapi tidak akan memilih ibu, setelah melihat cara kotor yang ibu pertontonkan kepada publik.
Kalau ibu ingin mengulang kesuksesan seperti Pilbup, ibu salah tempat. Yang akan ibu hadapi bukan hanya satu kabupaten, masih ada 14 kota dan kabupaten lain di Sulut.
Kalau saya menganggap bagi-bagi duit ini adalah 'perang'. Ibu ingin disukai karena duit, sedangkan kawan cerdas saya mencetak pendukung militan, dan siap tempur kapan saja.
Termasuk saya ada di barisan terdepan mendukung kawan cerdas, meski dengan amunisi seadanya.
Kami akan bagi-bagi berkat dengan menyebar visi, kerja melayani, kerja keras, kerja cerdas dan kerja tuntas..(jeklyMS)
Di sana bukan hanya lari ringan, biar berkeringat hebat, tapi juga saya ikutan senam sumba tak berbayar alias gratis.
Meski senam apa tarian sumba, saya tak bisa ikut sama persis dengan wanita seksi di depan yang jadi pemandu gaya. Terpenting saya bisa bakar lemak, sebanyak-banyaknya. Tiba saat tubuh ini merasa amat lelah. Lantas saya beranjak ke tempat makan cepat saji.
Baru mau makan, tiba-tiba ada wanita pakai kacamata, ikutan nimbrung. Sempat saling sapa, tapi datar saja tidak ada bincang apalagi jeprat-jepret.
Tiba-tiba ada seorang pria mendekati meja tempat saya, istri dan putra sulung. Dia lantas memberi kalender, stiker kepada kami bertiga.
Saya tidak masalah dengan kalender dan stiker, tapi ternyata ada selipan uang pecahan 50 puluh ribu rupiah perorang.
Saya kaget. OMG, berapa duit yang dia bawah buat dibagikan pada ratusan orang yang lagi olahraga saat itu.
Saya sebenarnya mau bertanya. Tapi keburu si ibu langsung jawab, 'bagi-bagi berkat..lantas beranjak.
Saya tiga kali dapat, celetuk seorang pria. Dia dengan girang langsung masuk pesan makan, pakai uang si ibu.
Ternyata bukan hanya di Mega Mas, di tempat lain juga ibu berkacamata ini, hambur uang dengan dalih bagi-bagi berkat.
Saya lantas mengambil uang, kalender dan stiker, dan memberi pada pria yang jadi tukang bagi-bagi uang.
Dia malah terkejut. 'Kiapa pak se bale'. Saya hanya senyum, sembari berkata. 'Saya manusia butuh uang, tapi saya tidak terima jika uang ini, untuk mempengaruhi saya memilih di Pilgub Sulut..
Pria itu kelihatan setenga marah. 'Ini doi berbage berkat, nda ada maksud laeng.'
Adu pak, bikin saya jadi gemes. Kenapa berbagi berkatnya baru sekarang, kenapa tidak tahun lalu, dua tahun lalu atau tiga tahun lalu.
Pikirnya saya bodoh. Teringat saya kata-kata bijak dari Bunda Teresa.
'Kalau niatnya memberi tulus dan ikhlas ingin membantu orang lain, berikanlah. Tapi dosa besar jika pemberian itu ada maksud meminta balasan dan imbalan demi kepentingan atau tujuan dan ambisi tertentu.'
Bu, kalau untuk kepentingan di Pilgub lantas ibu nekad bagi-bagi duit biar nanti hasil survei ibu berada di posisi teratas, saya bisa pastikan sekalipun ibu mengantongi SK partai, ibu tidak akan serta merta menang di Pilgub.
Karena meski ibu berdalih, ini politik bro, menghalalkan segala cara sudah biasa. Bagi saya tak akan mempan. Rakyat memang menerima uang pemberian ibu, tapi belum tentu mereka nanti akan memilih ibu.
2020 tahun politik, dimana pemilihan gubernur dan beberapa daerah pilih bupati/walikota di Sulut sudah sangat dekat.
Situasi seperti cara ibu bagi-bagi duit akan sering ditemui menggunakan tameng "bagi-bagi berkat" untuk merebut singgasana.
Saya juga tak yakin, cara jadul tak lagi kekinian dan tidak mendidik seperti itu akan efektif memberi dampak pada elektabitas, aksetabilitas, dan popularitas ibu.
Ibu sedang memainkan Narasi ada uang ada suara, dan di ditebar dimana-mana. Takut ya bu, kalau tak pakai duit, nama ibu seperti tidak dipompakan ke otak rakyat.
Terus gimana kalau uangnya habis. Apa ibu akan memainkan konsep kebaikan melawan keburukan.
Dan lawan separtai atau bakal calon lain akan dicitrakan sebagai monster yang harus dilawan..
Ingat bu, saya dan mereka pendukung pak cerdas, tidak akan diam saja.
Kami sekali waktu akan berkumpul dan membangun kekuatan untuk melawan narasi buruk berpolitik uang seperti ibu lakukan.
Kami bersama kawan cerdas mengalir saja menghadapi Pigub nanti. Kami tidak akan mengkondisikan sebagai kaum lemah melawan kaum kaya, para perampok negara.
Ibu pakai duit, apa pak cerdas juga pakai duit untuk melawan ibu. Tentu saja tidak, karena ada cara kawan cerdas kami melawan dengan elegan dan bijaksana.
Sudah saatnya kita kembalikan demokrasi di daerah ini lebih santun dan beradab.
Saya punya hak memilih juga bu, tapi tidak akan memilih ibu, setelah melihat cara kotor yang ibu pertontonkan kepada publik.
Kalau ibu ingin mengulang kesuksesan seperti Pilbup, ibu salah tempat. Yang akan ibu hadapi bukan hanya satu kabupaten, masih ada 14 kota dan kabupaten lain di Sulut.
Kalau saya menganggap bagi-bagi duit ini adalah 'perang'. Ibu ingin disukai karena duit, sedangkan kawan cerdas saya mencetak pendukung militan, dan siap tempur kapan saja.
Termasuk saya ada di barisan terdepan mendukung kawan cerdas, meski dengan amunisi seadanya.
Kami akan bagi-bagi berkat dengan menyebar visi, kerja melayani, kerja keras, kerja cerdas dan kerja tuntas..(jeklyMS)
Komentar
Posting Komentar