Prof Paula Yang Tak Ribet





Beberapa hari lalu, handphone saya berdering..
Dari kejauhan terdengar suara, seorang wanita dengan tutur sopan, menyapa santun.
Ternyata dari Prof Dr Julyeta Paulina Amelia Runtuwene, Rektor Unima sekaligus Ketua Tim Penggerak PKK dan Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Manado..
'Shalom, apa kabar Jekly, ada sehat-sehat semoga dalam perlindungan Tuhan, bisa ada waktu ngobrol?
Ajakan menarik nih, pikirku. Akupun berangkat dengan senang karena jarang-jarang bertemu dengan salah satu tokoh wanita terbaik di Sulut, dengan track record mentereng, berwawasan luas, kecerdasan spektakuler.
Ajakan diskusi ringan Prof Paula, demikian saya biasa menyapanya dan mungkin juga sahabat yang lain, memang cita-citaku sejak lama.
Untuk membedah apa yang ada di dalam pikiran Prof Paula, soal apa resepnya agar Kota Manado dimana dia selaku Ketua TP PKK, bisa lebih bersih, sehat, cerdas, maju dan berkembang.
Dan pertemuanpun berlangsung dengan hangat di kediaman, dimana nasi goreng, sayur rebus, tahu isi dan kopi tersedia.
Iya, terlepas dari jabatan akademis mentereng, maupun pengayom ibu-ibu se-Kota Manado, Prof Paula selalu menerapkan hidup sederhana selaku ibu rumah tangga, sekalipun suami tercinta adalah orang nomor satu di Kota Manado.
'Silahkan mau nasi putih, nasi goreng pakai ikan teri dan sayur rebus.' Ungkap Prof Paula. Tidak ada yang istimewah dari hidangan disajikan, semuanya makanan kampung, bukan makanan ala-ala eropa khas restoran mewah.
Pembicaraan berjalan terus. Prof Paula ternyata tidak ribet diajak bicara, seperti yang ada di benakku selama ini.
Prof Paula, kemudian bercerita banyak tentang perjalanan dia dalam memimpin Unima, sempat menolak maju dalam pencalonan rektor berapa tahun silam.
Prof Paula, akhirnya menyerah dan menerima desakan civitas akademika Unima agar dia masuk bursa Carek Unima.
Dan Prof Paula mengaku, dia yang sempat ragu akan dipercaya sebagai orang nomor satu di Unima, ternyata mendapat mandat penuh sebagai Rekror.
Prof Paula menyebut, ketika dia dipercaya sebagai rektor dia sudah tahu akan menghadapi tantangan terbesar dalam hidup, meninggalkan zona nyamannya, untuk kemudian harus mendedikasikan diri selaku top leader salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia ini.
Unima di era kepemimpinan Prof Paula mengalami kemajuan, tidak bisa kehitung jumlah penghargaan yang diperoleh, demikian pula meningkatnya kualitas mahasiswa lulusan, maupun SDM tenaga pendidik yang memiliki kompetensi, kredibilitas dan pengetahuan mumpuni.
Semua itu kata Prof Paula, bukan karena cerdasnya, hebatnya, atau jagonya dia. Sebut Prof Paula karena pertolongan Tuhan, dan juga tak lepas topangan dari seluruh civitas akademika Unima.
Prof Paula, wanita pinter yang penuh semangat. Mengurus Unima, dia berlakukan standar sederhana alias tak pakai ribet. Terpenting kata dia semua sesuai aturan yang berlaku.
Karena itu sewaktu 'diserang' bertubi-tubi, oleh oknum baik di dalam maupun luar Unima, yang tidak senang dengan cara kerja sederhana, taat aturan dan bebas KKN yang dilakukannya. Prof Paula tak ribet menanggapi itu, semua sebut Prof Paula dia serahkan pada Tuhan.
Mendengar kata-kata Prof Paula, saya juga ikutan jadi tak ribet untuk menjawabnya, 'amin'.
Sama halnya saat dia menjalankan tugas selaku Ketua Tim Penggerak PKK Kota Manado. Pola tak ribet di Unima, dia berlakukan bersama sahabat PKK se-Kota Manado.
Satu keinginan Prof Paula, PKK Kota Manado bisa memberi sumbangsih bagi kemajuan Kota Manado. Sudah hampir satu dekade, Prof Paula mengayom PKK se-Kota Manado.
Beragam program hasil kolaborasi Prof Paula dan sahabat PKK, berjalan baik lewat ajakan dan tindakan nyata.
Seperti PKK harus rajin berdoa dalam mengimplementasikan Manado kota Doa, PKK terlibat aktif di gerakan Manado bersih, PKK memberi pelatihan keterampilan mandiri menyokong Manado kota ramah UKM, dan ikut serta bertani mendukung gagasan 'Mari Jo Bakobong', serta PKK garda terdepan memberi diri menjadikan Manado kota sehat, dan beragam kiat lainnya.
"Mendengar orang menyebut yang buat dapur hidup itu siapa? PKK Manado, saya sudah senang.." Kata Prof Paula tak bisa sembunyikan raut gembira.
Jelas Prof Paula patut berbangga, karena kerja terberat dalam hidupnya berjalan baik, sebab dia dalam menyusun dan menjalankan program tidak ribet.
Dari auranya saja saya bisa memastikan. Prof Paula seorang pemimpin handal dan saya yakin Unima dan PKK Kota Manado, termasuk PMI Manado dimana dia sebagai ketuanya. Manado akan makin baik kedepan.
Hobinya kerja, kerja, kerja baik selaku ibu rumah tangga, pendidik, dan pengayom ibu-ibu di Manado. Bakalan berefek positif ketika dia nanti diberi kesempatan menjadi pemimpin pelayan pemerintah dan masyarakat.
"Kenapa Prof belum terang-terangan nyatakan sikap?" Tanya saya mencoba. Insting wartawan saya biasanya suka menyatu dengan kekenyangan. Semakin kenyang semakin pintar..wakwauuu...
Jawabannya tak ribet. "Karena saya tidak membatasi diri pada momentum, tak perlu pakai acara beri pernyataan, rakyat sudah pinter, mereka tahu membedakan mana yang bisa dan mana yang tidak.." Kata Prof Paula.
"Kalau hanya sampaikan sikap maju atau tidak, untuk apa, jika tidak ada bukti memberi diri bagi rakyat? Sikap kalau tidak punya karya, sia-sia. Meski belum memberi pernyataan, tapi dia punya karya yang membanggakan atau "woww!" , itulah yang diinginkan rakyat..
"Jadi itulah kenapa saya tidak membatasi diri terus mengabdi dan berkarya, hidup tak perlu ribet, kerja tak harus ribet, karena kita hidup di negeri hukum, ada norma yang dipatuhi. Kalau tidak sesuai dengan aturan, jangan ditabrak, simpel saja kan." Prof Paula menutup ceritanya dengan senyum.
Menarik juga filosofi Prof Paula. Bahwa karya tidak harus menunggu pernyataan sikap maju atau tidak jadi pemimpin, atau bahkan nanti berbuat ketika diberi amanah oleh rakyat.
Prof Paula sendiri, hanya tertawa kecil ketika ada oknum menyebut dia lebih baik bertahan sebagai rektor saja.
"Tidak perlu ditanggapi berlebihan, dibawa happy saja, kalau filosofi saya tak ribet, belum menang atau kalah jika belum sampai garis finish.." Ia tersenyum.
Prof Paula memang sedang digodok melalui situasi terberatnya. Tapi ketika ia mampu melalui semua itu, ia akan hadir sebagai sosok petarung yang handal menghadapi segala medan.
Selesai sudah perbincangan, saya pamit pulang sesudah sebelumnya menyeruput secangkir kopi yang menawan. Ketika Prof Paula nanya, 'Jekly pulang naik apa? Jawaban saya juga tak ribet, 'pakai ojek online Prof..🙂😀😅

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berintegritas dan Sarat Pengalaman, CBT-GSVL Pasangan Paling Tepat Pimpin Sulut

Rekreasi Sederhana GSVL Bersama Istri dan Cucu Nikmati Pemandangan Danau Tondano Kuliner Kawangkoan Serta Udara Sejuk Danau Linow

GSVL Tetap Setia Melayani Meski Dihantam Beragam Cobaan